Assalamu’alaikum.
Dulu pas tingkat 1 saya pernah bernadzar bahwa ketika nanti saya lulus saya
ingin menceritakan kisah perjalanan saya hingga mendapat gelar SST ini,
subhanallah tak henti2nya saya berucap syukur dan seakan tak percaya bahwa saya
telah sampai pada titik ini.
Seorang anak
ketiga dari 3 bersaudara dari sebuah keluarga yang minimalis, ya saya menyebut
ini sebagai sebuah pengganti kata lain yang mungkin akan menunjukkan
ketidaksyukuran, karena bagiku minimalis
adalah sebuah kata untuk cukup yang press tidak kurang dan tidak lebih. Dari SD
saya dan kedua kakakku sudah terbiasa dapat beasiswa, bukan beasiswa
berprestasi sebenarnya, tapi beasiswa miskin alhamdulillah beasiswa tersebut
akhirnya dapat mengantarkanku pada lulus SD dengan gratis tis tis.. *lebai
Hal itu
berlanjut hingga SMP 3 tahun di SMP saya juga tidak pernah bayar SPP karena ada
semacam JPKM untuk membantu kami-kami yang kekurangan uang untuk sekolah. Semenjak
SD esti adalah orang yang sangat minderan, pemalu, rendah diri dan sulit
bergaul. Hal ini mungkin karena ejekan demi ejekan mengalir kedia dari orang
orang disekitarnya, entah dari sebutan menjijikan itu yang saya bahkan kelu
ketika harus mengucapkan, atau cemoohan cemoohan dari teman-teman sebaya atau
orang-orang dewasa yang tidak bisa kuterima pada saat itu. Mungkin mereka menganggap bahwa kemiskinan
adalah sebuah dosa besar dan orang orang miskin seperti saya harus dimusnahkan
dari muka bumi, *hehe lebai nampaknya
Hingga pada
akhirnya ketika saya masuk SMP saya bertekad untuk berubah, saya ingin jadi
orang pemberani karena saya tidak mau dilecehkan oleh siapapun ya termasuk
teman-teman SD saya waktu itu yang mebuat saya sering menangis disekolah.. *betapa
cengengnya saya waktu itu
masuk SMP saya
terpilih jadi ketua kelas, mulailah saya menjadi orang semena-mena, entahlah
berapa orang yang menjadi musuh saya pada waktu itu, berkelahi , cari musuh, di
hukum guru adalah hal yang sangat dekat dengan saya waktu itu. Hal itu
berlangsung hingga saya lulus SMP. Jujur ini adalah episode hidup yang sangat
saaya sesali semoga Alloh mengampuniku,, ;’(
pada akhir SMP
saya disuruh ibu untuk masuk sekolah SMK, dan kebanyakan orang memengaruhi saya
untuk masuk sekolah kejuruan itu. Alasannya klise, iya karena lulus SMK bisa
langsung kerja tanpa harus kuliah sementara kalau SMA harus kuliah dulu, yang
mungkin menjadi hal mustahil mnurut pikiran ibu untuk membiayai saya kuliah
yang kata orang-orang sangat mahal pada waktu itu. Tapi untunglah mas arif
kakak pertama saya pada waktu itu sudah lebih nekad daripada saya, yang
akhirnya di tolong Alloh hingga bisa kuliah gratis di STAN yang kemudian
menjadi motivasi saya untuk mengikuti jejak beliau. Saya hanya hidup sekali bu,
saya tidak mau dikemudian hari saya menyesal karena saya tidak memperjuangkan
cita-cita saya begitu kira-kira jawaban penolakan saya ketika disuruh mendaftar
di SMK.
Masuk SMA saya
kembali jadi pendiam, hehe kayaknya. Kalau orang bilang masa SMA itu masa yang
indah saya tidak begitu merasakan di sini, karena masa SMA buat diri saya
adalah masa-masa transisi yang sangat sulit. Antara keinginan berubah menjadi orang baik
atau tetap menajdi sesosok esti SMP yang naudzubillah. Hingga saya ingat pada
waktu itu saya menjadi orang yang sangat sensitif dan tempramental karena
mungkin saya mulai jengah dengan kehidupan yang begitu monoton dan membosankan
pada waktu itu. Saya merasa kehilangan tujuan hidup dan saya mulai menyerah
dengan kehidupan saya. Saya menyadari saya tidak seberprestasi kakak saya, saya
hanya peringkat 22 dikelas, sementara mas arif sudah melalang buana untuk
berlomba kemana-mana. Saat itu saya merasa seperti hidup dibawah bayang-bayang
mas arif. Saya waktu itu begitu takut kalah, takut bahwa pilihan saya masuk SMA
adalah sebuah kesalahan. Saya khawatir saya takut sekali, karena saya
tidak bakalan sanggup untuk kuliah di
universitas bahkan untuk universitas negeri pun. Saya ingat pernah bilang ke
mas arif “bahwa terlahir sebagai adikmu adalah beban yang sangat berat mas,
semoga saya bisa membuktikan bahwa saya pun bisa sepertimu” kata-kata yang
hopeless banget saya pikir. Tapi untungnya beliau adalah kakak yang keren,
kalau orang-orang bakalan memarahi saya dan bilang jadi orang kog gak punya semangat
maka kata-kata beliau justru yang membuatku merasa terpecut untuk maju, “maaf
kalau misalnya kamu terbebani aku tahu bagaimana sulitnya posisimu, tapi tenang
wae kamu tanggung jawabku sampai kamu benar-benar sukses..” *terharu.
Masa-masa cari
sekolah, saya waktu itu begitu sombong dan merasa saya bisa masuk sekolah
pilihan saya. Dan Alloh akhirnya menasehati saya dengan cara yang tidak saya
duga ya saya gagal di semua tes yang saya ikuti, tak ada satupun tes perguruan
tinggi yang lolos, saya drop saya kehilangan semangat, saya nyaris jadi orang
stress waktu itu. Apalagi saya melihat bapak begitu kecewa sama saya dan
ecnderung menyalahkan saya, saya ingat saya memeluk ibu saya yang saat itu baru
sholat dhuha, sambil menangis “ibu saya gak kuat, kenapa saya begitu bodoh
hingga saya gagal seperti ini”. Enatahlah saat itu saya kacau sekali, saya
bahkan tidak tahu harus berbuat apa membayangkan saya tidak kuliah adalah hal
yang sangat menyedihkan. Hingga akhirnya ada sahabat saya datang kerumah
memberikan sebuah koran yang berisi pengumuman penerimaan mahasiswa baru
program Non Reguler di UNY, saya akhirnya mendaftar disitu dengan persetujuan
mas arif tentunya sebagai penyandang dana yang pada waktu itu beliau sudah
bekerja. Akhirnya saya ketrima dan saya memantapkan tekad untuk mencoba lagi
mendaftar sekoah ikatan dinas tahun berikutnya. Setahun disana saya bertemu
dengan orang-orang senasib , namun mereka tidak patah semangat mereka tetap
serius kuliah dan memperoleh nilai yang bagus. Namun saya tetap me mindset
pikiran saya untuk pindah dari sana tahun depan ya saya harus bisa. Hingga
tahun kedua saya mendaftar lagi tetapi lagi-lagi saya gagal diterima di STAN
saya mulai minder, saya sangat terpukul berarti saya harus mengiklaskan
cita-cita saya kuliah di STAN terkubur dalam-dalam karena saya tidak mungkin
mendaftar ditahun ketiga karena uang yang saya keluarkan sudah begitu banyak di
UNY.
Tapi Alloh
begitu sayang sama saya, pengumuman stan dibarengi dengan pengumuman tahap
pertama STIS saya lolos tahap pertama, saya belajar serius untuk tahap kedua
bersama sahabat saya, hingga akhirnya pengumuman tahap 3 saya dinyatakan
diterima di STIS meskipun pada waktu itu saya sedih karena sahabat saya tidak
lolos.. ;’(
Alloh, saya
memantapkan hati masuk sekolah itu, jika memang STAN bukan yang terbaik untukku
semoga STIS mampu menjadi ajang pembuktian bagi orang-orang yang dulu mencemooh
saya, bahwa orang miskin ini bisa kuliah aamiin. Saya melangkahkan kaki ke
ibukota, kota yang tidak kukenal sama sekali sebelumnya, kota yang kata
orang-orang sangat keras kehidupannya. Lambaian tangan ibu pada waktu itu
seolah berucap berjuanglah nak, demi masa depanmu yang lebih baik.
Akhirnya 6
oktober 2012 ajang pembuktian itu terbayar sudah. Ini Ibu bapak mas arif hasil kerja keras kalian,
meski saya bukan mahasiswa terbaik semoga saya bisa menjadi yang engkau
harapkan..
Buat semua orang
yang pernah hampir mematahkan semangat saya, terimakasih karena dengan apa yang
kalian lakukan saya menjadi semangat untuk maju..
Untuk semua yang
merasa miskin, merasa tidak punya apa-apa, merasa nasib tidak berpihak jangan
menyerah.. percayalah bahwa ada Alloh yang Maha berkuasa di atas segalanya,
yang Maha Pengasih dan Penyayang..
Segala puji
hanya bagiMu ya Rabbi.. terimakasih banyak.. ijinkan pencapaian ini pencapaian
yang memberi manfaat,, aamiin

0 comments:
Post a Comment