Multiple Classification Analysis (MCA)


Multiple Classification Analysis (MCA) atau analisis klasifikasi berganda adalah salah satu metode analisis inferensia yang menggunakan uji statistik. Andrews et.al (1973) menyatakan bahwa MCA dapat dengan mudah dijelaskan sebagai suatu metode analisis dimana variabel bebas berskala kategorik dengan sebuah variabel tidak bebas yang berskala numerik. Selain itu, MCA juga dapat menjelaskan hubungan linier dan non linier antara variabel prediktor dan dependen. MCA mensyaratkan data yang dianalisis harus berupa data individu.

Metode MCA ini digunakan untuk lebih memperlihatkan  hasil Anova (Analisis of Variance) ,dimana MCA dengan satu variabel bebas adalah one way Anova, sementara MCA dengan dua variabel bebas adalah two way Anova begitu seterusnya. Dengan MCA akan dapat dilihat bagaimana pola hubungan dari pendapatan petani dengan variabel umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, sumber pembiayaan, partisipasi penyuluhan, status lahan,dan luas lahan panen. Model analisis ini diperkenalkan oleh Yates pada tahun 1934, kemudian dikembangkan oleh Anderson Bancroft tahun 1952 ( Rahman, 2011).
MCA memiliki beberapa kelebihan antara lain yaitu:
1.    MCA dapat menunjukkan pengaruh masing-masing variabel bebas sebelum (unadjusted) dan sesudah dikontrol oleh variabel bebas lain dan kovariat  (adjusted).
2.    Pengaruh setiap variabel bebas dalam persamaan MCA dapat dinyatakan dalam bentuk nilai rata-rata keseluruhan dari variabel tidak bebas setelah mengontrol variabel-variabel lainnya. Sebab itu, adjusted mean score atau angka rata-rata yang telah disesuaikan (nilai rata-rata dengan variabel bebas lain sebagai pengontrol) dapat dihitung dan akan lebih mudah untuk interpretasi dari pada nilai atau koefisien beta yang dihasilkan melalui analisis regresi yang menggunakan dummy variable.
3.    Pada analisis regresi dengan dummy variable, kita harus menggunakan salah satu kategorik (kategorik referensi yang bernilai 0) sebagai pengontrol pada saat menyusun persamaan regresinya, sehingga kategori tersebut harus dikeluarkan sebagai analisis. Sehingga variabel sebagai kategorik referensi dari analisis regresi tidak akan diperoleh nilai beta-nya, padahal koefisien-koefisien beta lainnya dinyatakan sebagai penyimpangan dari kategorik yang dihilangkan. Sebaliknya, koefisien MCA dihitung untuk seluruh kategorik pada variabel bebasnya, yaitu dalam bentuk variabel berskala nominal dan dinyatakan sebagai penyimpangan dari angka rata-ratanya.
4.    MCA bebas dari pembatasan-pembatasan penggunaan skala pengukuran untuk variabel bebasnya, artinya variabel bebas dapat berskala ukuran yang paling lemah (nominal) (Rahman, 2011).

Dengan metode analisis MCA ini maka bisa didapatkan:
1.    Proporsi, untuk menunjukkan pengaruh masing-masing kategori sebelum prediktor/variabel bebas lainnya dibebaskan (unadjusted), maupun sesudah prediktor/variabel bebas lainnya dibebaskan (adjusted).
2.    Korelasi parsial, untuk menghitung tingkat keeratan pengaruh masing-masing kategori sebelum prediktor/variabel bebas lainnya dibebaskan disebut eta (h) maupun sesudah prediktor/variabel bebas lainnya dibebaskan disebut beta (b).
3.    Efek dari suatu variaebel bebas, yaitu efek dari prediktor yang diperoleh dengan mengurangkan rata-rata dari masing-masing kategori terhadap kategori lainnya. Dalam hal ini efek yang di timbulkan pada saat variabel lain belum dibebaskan (unadjusted), maupun sesudah prediktor/variabel bebas lainnya dibebaskan (adjusted ) adalah sama. Sehingga nilai unadjusted dan adjusted hanya dapat di bedakan ketika menghitung rata-ratanya saja.
4.    Kemampuan menerangkan variasi proporsi yang memengaruhi variabel respon/tak bebas disebut koefisien determinasi (R2).

CONVERSATION

0 comments:

Back
to top