Menjadi Menantu yang bahagia
Meskipun saya menikah dengan mantan temen kuliah waktu di Jogja, saya tidak serta merta mengenal suami dan keluarganya.. saya juga tidak begitu mengenal suami karena kami lost contact hampir 5 tahunan...Setelah khitbah, saya memberanikan diri untuk menelepon calon ibu mertua saya kala itu karena saya berfikir membangun chemistry itu perlu. Setidaknya saya berusaha "kulon nuwun" untuk masuk menjadi bagian keluarga mereka kelak..Saya diberi nasehat banyak termasuk disuruh bersabar menghadapi suami.. hehe..Saya bilang insyaa Alloh Mas Danar orang baik bu... eaaaa *krukupan kresek*
Waktu acara ngunduh mantu saya hanya sehari tinggal di rumah mertua.. belum sempat ngobrol atau apapun karena waktu itu saya hanya diberi izin 5 hari... hiksBaru pas mudik lebaran saya bisa agak lebih lama tinggal di rumah mertua... alhamdulillah tidak butuh waktu lama untuk beradaptasi karena bapak ibu mertua orangnya baik-baik.. Saya tidak perlu untuk menyapa atau ngajak ngomong lebih dahulu, karena biasanya beliau yang memulai...Selama tinggal di rumah mertua saya membiasakan diri untuk membantu ibuk.. biasanya saya membantu budhe nunggu " keren" masak air buat mandi dan minum... saya sudah terbiasa sih untuk hal itu cuman kemampuan saya bikin api atau " daden" pas pertama itu sudah menghilang... :'(. Kalau enggak biasanya saya bantuin goreng lauk kayak tempe, tahu isi dan kawan kawan.. Ibuk gak tau kalau saya lebih banyak makan tempe goreng atau bakwannya ketimbang gorengnya atau jangan-jangan beliau pura-pura gak tau karena terbukti selama ini saya tidak pernah ditegur sama Ibuk.. (saya memanggilnya Ibuk, meskipun semua orang di keluarga ini memanggilnya mamak, gaktau kenapa karena dulu setiap emmanggil orang yang lebih tua selalu dengan panggilan ibu, sekarang malah terbiasa) Haha
Nah kira-kira apa tantangan terbesar buat saya setelah menikah selama berada di keluarga mertua?Tantangannya adalah saya disuruh masak untuk seluruh keluarga... hiksTeman teman yang sudah mendapat predikat sebagai menantu pasti tahu rasanya mendapatkan tantangan ini... Kayak pengen kayang terus menghilang sejenak karena saking groginya.. :'(. Waktu itu kalau gak salah saya disuruh masak sop.. untung cuma sop, hmm meskipun sebenarnya gampang tapi saya juga grogi banget.. apalagi kalau disuruh bikin rendang.. Hehehe bisa bisa saya ajak suami saya pulang ke klaten.. Meskipun dengan rasa yang acak-acakan akhirnya jadilah saya masak buat keluarga... sambil masak saya sering komat-kamit berdoa semoga semua cocok dengan masakan saya.. Ohya, waktu mudik tahun 2015 saya agak lama tinggal di rumah mertua jadilah saya sering disuruh masak sama ibu..dari tumis, nasi goreng dll... biasanya bapak mertua komplain kepedasan.. padahal cuma pakai cabai 3 hiks... *menurun ke suami yg gakdoyan pedes*
Saya cuma bisa minta maaf, terus kemudian saya dibela sama ibuk, yang bilang enggak pedes.. (hehe)
Menurut saya, disuruh masak ini adalah ketakutan yang hampir dimiliki oleh setiap wanita yang hendak menyandang predikat sebagai menantu.. apalagi orang seperti saya yang sebelum menikah ibarat megang wajan aja jarang banget .Mengenai ini, ibu kandung sayapun secara khusus mendoakan saya.. mendoakan supaya saya dikaruniai ibu mertua yang baik hati.. agar gak nyuruh-nyuruh anaknya masak.. huhuhu ibu sering mendoakan saya ketika menyadari anaknya gak bisa masak.. Hiks makasih banyak ibuk
Alhamdulillah, saya dikaruniai ibu mertua yang luar biasa.. seandainya saya ceritakan semua pasti gak akan cukup.. ibu yang tangguh, kuat, cekatan dengan tenaga yang luar biasa (sampai suami pernah bercanda, mau cari wanita yang kayak gimana kayaknya gak ada yang sama seperti ibu (kekuatan dan cekatannya)) ibu sehari-hari sebagai guru paud dan penggerak posyandu.. banyak ilmu yang saya dapatkan tentang parenting dari ibuk... Ibuk pinter masak, masakannya enak.. tapi selalu punya cara bikin menantunya gak malu dengan hasil karya memasaknya...
Maka tulisan ini adalah wujud terima kasih saya, terhadap ibuk... terima kasih telah menerima saya apa adanya, dengan proses yang sangat cepat.. sebelum anak ibuk sempat berbakti sama ibuk.. terima kasih telah mempercayakan saya menjadi bagian dari keluarga besar.. meskipun sebelumnya kita tidak saling mengenal, saya berharap dapat menjadi sahabat ibuk.. dapat menjadi teman dan tempat berbagi cerita.. dan menganggap saya seperti anaknya sendiri...
Tulisan inipun juga wujud permohonan maaf saya, jikalau belum bisa jadi menantu yang baik.. atau jadi istri yang baik, atau ibu yang baik bagi cucunya.. semoga saya senantiasa dimudahkan untuk belajar dan belajar menjadi lebih baik dari sebelumnya..
tulisan ini juga reminder bagi saya agar senantiasa berbuat baik sama beliau.. buat gak bosan-bosan mengingatkan suami untuk menelepon ibuk.. menjaga hubungan baik dengan orang tua..Namanya menikah itu adalah membangun keluarga besar, bukan hanya antara saya dan suami.. tapi antara saya dan keluarga besar suami saya, dan antara suami saya dengan keluarga besar saya..
Maka adakah pernikahan yang lebih membahagiakan dibandingkan memiliki orang tua yang mendukung kita?
Segala puji hanya bagi Alloh Subhanahuwata'ala, Alhamdulillah telah memilihkan beliau sebagai mertua..
0 comments:
Post a Comment