bahagia
CONVERSATION
be better
Bangkit, Menuntaskan Putus Asa
Ada orang yang apabila melihat kawannya mendapatkan kemuliaan, ilmu atau lainnya, ia hanya bisa tertegun sambil berkata dalam hati, bagimana aku bisa seperti dia?
Atau kasus lain, seseorang selalu saja pesimis menghadapi suatu pekerjaan. Alasannya tidak lain, karena menurut yang ia dengan, pekerjaan yang dihadapinya itu sulit.
Dalam realita lain, tatkala sebuah penyakit sedang mendera, penderita hanya pasrah total terhadap penyakit tersebut. Seharian dihabiskan dalam tangisan semata, tanpa usaha dan upaya. Seolah-olah harapan sudah tertutup rapat.
Atau bisa saja dalam kehidupan rumah orang tua merasa capek, manakala melihat sang buah hatinya berulah, bandel dan nakal. Banyak petuah telah diupayakan agar sang anak menyadari pentingnya berbuat santun. Tapi apa dikata, ternyata sang anak justru melawan menentang. Dia tetap bandel, nakal dan urakan. Menghadapi kenyataan ini, terpaksa sebagai orang tua hanya mengelus dada, bersabar. Namun, terkadang membuatnya putus harapan mengahadapi kenyataan pahit ini.
Itu sebagian potret sikap keterputus-asaan, yang terkadang menyelinap hinggap pada seseorang. Semua rasa pesimis tersebut harus dipupus. Karena, Allah pasti memberikan pertolongan dan jalan keluar bagi yang mau berusaha.
Jalan keluar menghadapi putus asa ini dapat ditempuh dengan mengetahui hakikatnya, faktor penyebab masalah yang sedang melilitnya, dan dampak apa dengan solusi yang diambilnya. Bila sudah diketahui dengan seksama, niscaya akan membantu mengentaskan diri dari penyakit ini, atau menghindarinya sebelum menimpanya secara lebih berat.
Ada beberapa langkah yang perlu diambil untuk melibas penyakit putus asa.
1. Memantapkan Keimanan Terhadap Qadha Dan Qadar
Ini merupakan faktor penting untuk bisa menenangkan hati kaum Mukminin. Bahwa apa yang dikehendaki Allah pasti terjadi. Sebaliknya, apabila Allah tidak menghendaki, pasti tidak akan terjadi. Allah telah menentukan takdir seluruh makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
مَآأَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَفِي أَنفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيرٌ {22} لِكَيْلاَ تَأْسَوْا عَلَى مَافَاتَكُمْ وَلاَتَفْرَحُوا بِمَآ ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَيُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ {23}
Tiada satu pun bencana yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu bergembira terhadap apa yang diberikanNya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. [al Hadid : 22-23].
Rasulullah Shallallahu wa sallam bersabda.
كَتَبَ اللهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَ ئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
Allah telah menuliskan takdir makhluk-makhluk sebelum penciptaan langit dan bumi selama lima puluh ribu tahun. [HR Muslim, 4797 dan at Tirmidzi, 2157].
Oleh karena itu, seorang muslim tidak boleh terus-menerus terbenam ke dalam kesedihan atas musibah, ataupun kegagalan yang menimpanya. Tidak lantas menjerumuskan diri ke dalam maksiat. Seorang muslim harus kuat, tegak, teguh hati menerima ketentuaan Allah dan takdirNya. Keimanan kepada takdir Allah ini, membantu seseorang menempuh kesulitan-kesulitan dengan hati yang mantap, tenang dan pikiran jernih.
2. Berbaik Sangka Kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Inilah salah satu kewajiban seorang muslim kepada Allah. Berbaik sangka akan membuka pintu harapan, dan dapat mengenyahkan bisikan putus asa. Ingatlah, sikap berburuk sangka bertentangan dengan tauhid, keimanan kepada Allah dan ilmu serta hikmahNya. Allah mengingkari orang-orang yang berburuk sangka kepadaNya. Allah berfirman :
…… يَظُنُّونَ بِاللهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ ……
…… mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. ……. [Ali Imran : 154]
3. Memanjatkan Doa
Seberat apapun masalah yang sedang menimpa, seorang hamba tidak sepantasnya berputus harapan dari rahmat Allah. Semua permasalahan yang menghimpitnya harus dikembalikan kepada Allah. Kita wajib bersimpuh memanjatkan doa, berupaya sekuat-kuatnya dan bersabar. Dengan harapan, Allah akan melenyapkan kesusahan ataupun cobaan yang sedang menimpa.
Dalam perang Badr, perang pertama dalam Islam; tatkala melihat sedikitnya jumlah pasukan kaum Muslimin dan minimnya persiapan mereka, sementara musuh mempunyai kekuatan lebih besar, maka Rasulullah berdiri memanjatkan doa. Cukup lama Rasulullah berdoa, sampai-sampai pakaian bagian atas beliau Shallallahu 'alaihi wa sallam jatuh dari pundaknya.
Abu Bakar ash Shiddiq Radhiyallahu 'anhu merasa kasihan dan menghibur beliau dengan berkata: “Allah tidak akan menyia-nyiakanmu sedikit pun, wahai Rasulullah," dan kemudian datanglah bantuan dan kemenangan dari Allah lewat firmanNya :
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِّنَ الْمَلاَئِكَةِ مُرْدِفِينَ
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu, lalu diperkenankanNya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut". [al Anfal : 9].
Ketika seorang hamba berdoa kepada Allah, memohon agar permasalahan yang menghimpitnya selesai, pada dasarnya ia telah membuktikan tauhidnya. Dan tauhid yang benar akan menyelamatkan dari jeratan fitnah serta ujian.
Jika menelaah perjalanan hidup Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam, para sahabat serta generasi Salaf, kita akan mengetahui betapa mereka sangat bertumpu dengan memanfaatkan kekuatan doa. Betapa mengagumkan, dan sekaligus membuka tabir, bahwa diri kita kurang menekuni ibadah yang satu ini. Betapa banyak masalah, yang bisa telah terselesaikan berkat doa kepada Allah Ta'ala?
Tentunya, doa ini harus dibarengi juga dengan upaya memperbaiki diri. Sebab, bisa jadi, kegagalan atau musibah yang menimpa seorang hamba, lantaran kurangnya ia dalam memperhatikan aturan Allah.
4. Meneguhkan Tawakkal Kepada Allah Subahnahu Wa Ta'ala
Kekuatan yang hakiki adalah kekuatan hati dan kemampuan untuk bertahan diri. Menurut Ibnul Qayyim rahimahullah, sesungguhnya tawakkal termasuk salah satu faktor yang kuat dalam membantu mewujudkan cita-cita (keinginan) dan menepis perkara yang tidak disukai. Ia merupakan motivasi yang paling kuat. Hakikat tawakkal, ialah ketergantungan hati hanya kepada Allah semata. Usaha yang dilakukan tidak memiliki pengaruh, jika hati kosong dari penyerahan diri kepada Allah dan bahkan cenderung kepada selainNya. Sebagaimana tidak bermanfaat perkataan orang “aku bertawakkal kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, tetapi, ternyata dirinya sangat tergantung, pasrah dan percaya kepada selainNya. Tawakkal pada mulut memiliki makna sendiri, dan tawakkalnya hati mempunyai makna yang lain.
Oleh karena itu, al Hasan Bashri mengatakan : “Sesungguhnya, tawakkal seorang hamba kepada Rabb-nya adalah, ia meyakini bahwa Allah itu menjadi sumber kepercayaan dirinya”.
Dalam kesempatan lain, beliau menyatakan, Allah menjamin rezeki bagi hamba yang menyembahNya, dan kemenangan bagi orang yang bertawakkal dan memohon pertolongan kepadaNya, serta kecukupan bagi orang yang menjadikan Allah sebagai pusat dan tujuan utama. Orang yang cerdas lagi pintar, ia akan memikirkan perintah Allah, pelaksanaannya dan taufik dariNya, bukan menunggu-nunggu jaminan dariNya. Sesungguhnya Allah menepati janji lagi jujur. Siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah?[1]
5. Memiliki Tekad Yang Tinggi
Seorang hamba akan mendapatkan sesuatu sesuai dengan kadar tekad dan semangatnya. Orang yang benar-benar ingin menggapai satu tujuan, pasti akan mengoptimalkan segala daya upaya dalam mewujudkannya. Segala yang berpotensi menghalangi pencapaiannya, akan disingkirkan, demi mempercepat dan melempangkan jalan menuju tangga kesuksesan yang selama ini diidamkannya. Detik-detik waktunya selalu disibukkan dengan hal tersebut. Mencari-cari kesempatan dan sarana yang bisa membantu pencapaian keberhasilannya. Pikiran dan kata hatinya juga larut dengannya. Karena ia mengetahui, “keberhasilan sesuai dengan kepenatan yang dilalui”.
6. Sabar Dan Bersikap Tenang
Kita mesti ingat, semua masalah menuntut kesabaran dan kebesaran jiwa. Yakinkah, bahwa perkara-perkara yang menyulitkan hanya “takluk” dengan kesabaran. Demikian juga dengan ketenangan, ia sangat berperan membantu seseorang saat melewati kesulitan yang menghadangnya. Kesabaran ini tiada batas. Ia dibutuhkan sampai ajal tiba.
Kita harus memahami, bahwa ketentuan takdir pasti datang. Karena seorang hamba, ia tidak lepas dari dua kondisi. Yaitu yang menggembirakan dan keadaan yang sangat tidak disukainya.
Misal kondisi pertama, ia dikaruniai kesehatan, harta, kedudukan, berbagai kenikmatan lainnya. Dalam kondisi yang menggemberikan ini, ia pun diharuskan bersabar. Yakni :
- Tidak tertipu dengannya, dan jangan sampai kegembiraan yang diarihnya menyeretnya berbuat takabur, jahat dan sebagainya.
- Tidak terlalu larut atau lupa diri dalam mencapainya, karena akan membahayakannya. Orang yang ghuluw, hakikatnya mendekatkan diri dengan perilaku negatif. Jika mendapat kegembiraan, ia bersabar dalam melaksanakan hak Allah dan tidak melalaikannya.
- Menahan diri tidak memanfaatkan kenikmatan yang telah diraihnya untuk perkara yang diharamkan
Sebagian ulama Salaf mengatakan : "Ujian musibah dapat dilewati oleh orang mukmin dan orang kafir. Namun ujian dengan kenikmatan, tidak ada yang mampu bersabar dengannya, kecuali orang-orang yang jujur keimanannnya".
Adapun dalam kondisi kedua, yaitu keadaan yang tidak disukainya. Ini terbagi menjadi dua macam. Yakni yang berkaitan dengan kehendaknya, seperti mengerjakan ketaatan ataupun maksiat. Dan jenis kedua, yaitu tidak berhubungan dengan kehendaknya, misalnya datangnya musibah.
Oleh karenanya, Allah memerintahkan untuk mencari bantuan melalui kesabaran. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. [al Baqarah : 45].
Penyebutan sabar dalam al Qur`an tidak kurang dari tujuh puluh kali, dan seluruhnya dalam bentuk pujian. Di antaranya, menghubungkan kesuksesan dengan kesabaran (QS Ali Imran ayat 200), menghubungkan kepemimpinan dalam agama dengan kesabaran dan keyakinan [Sajdah ayat 23].
7. Menumbuhkan Sifat Optimisme Dan Berpikir Positif
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sangat menyukai sikap tafa-ul (optimis) dan membenci tasya-um (pesimis). Dalam Shahih al Bukhari, dari Anas Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda :
لاَ عَدْوَى وَلاَ طِيَرَةَ وَيُعْجِبُنِي الْفَأْلُ الْكَلِمَةُ الْحَسَنَةُ
Tidak ada penyakit yang menular sendiri, dan tidak ada kesialan. Optimisme (yaitu) kata-kata yang baik membuatku kagum.[2]
Al Hulaimi rahimahullah mengatakan: "Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam suka dengan optimisme, karena pesimis merupakan cermin persangkaan buruk kepada Allah l tanpa alasan yang jelas. Optimisme diperintahkan dan merupakan wujud persangkaan yang baik. Seorang mukmin diperintahkan untuk berprasangka baik kepada Allah dalam setiap kondisi".[3]
Sesungguhnya, kehancuran semangat merupakan kerugian yang tidak bisa diukur dengan materi. Berpikir positif dan semangat untuk berkompetisi harus selalu menyala dalam kalbu setiap muslim, jangan sampai pudar.
Demikian juga, hendaknya kita melihat limpahan nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala yang tidak pernah putus. Terutama nikmat iman dan Islam. Kalaupun Allah Subhanahu wa Ta'ala menunda kenikmatan yang lain, bila kita mau jujur, kenikmatan yang sudah kita terima dariNya masih jauh lebih banyak. Jika ada satu masa yang menghimpit, maka lihatlah, sudah berapa lama kita berada dalam keadaan bugar, leluasa tanpa masalah yang berarti?
Renungkanlah!
8. Menelaah Biografi Salaful Ummah
Yang dimaksud dengan Salaful Ummah, yaitu para sahabat Nabi dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik. Generasi pertama, para pembela Islam dan pemikul risalah kepada generasi berikutnya. Mereka adalah manusia yang paling kuat keimanannya, paling bersih hatinya, paling tinggi tingkat tawakkalnya kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Jika menyelami kisah hidup mereka yang penuh cahaya, kita akan berkesimpulan, bahwa perjalanan hidup mereka tidak selalu mulus, penuh ujian dan pengorbanan disertai ketabahan yang tinggi saat kalah oleh musuh dalam membela kebenaran. Menelaah peri hidup mereka, akan mampu menambah keimanan, mencerahkan hati. Juga akan mengantarkan kepada pemahaman, jika kehidupan itu tidak steril dari onak dan duri. Jalan kehidupan tidak selalu berhiaskan mawar yang semerbak mewangi, tetapi ada saja halangan dan ujian menghadang, ataupun mungkin berujung pada kegagalan.
Secara umum, Allah menegaskan manfaat kisah-kisah para nabi dan rasul sebelumnya yang mampu juga meneguhkan hati dan memberikan secercah harapan. Renungkanlah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala :
وَكُلاًّ نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنبَآءِ الرُّسُلِ مَانُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَآءَكَ فِي هَذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. [Hud : 120].
Perenungan ini akan memacu semangat baru dalam mengarungi kehidupan yang terjal. Sebab ternyata ia tidak sendirian mengalami kepahitan, bahkan orang-orang terbaik yang pernah berjalan di muka bumi ini, semua pernah merasakan kepahitan.
9. Membekali Diri Dengan Ilmu Agama
Orang yang berilmu itu lebih dahsyat dirasakan beratnya oleh setan daripada ahli ibadah yang yang tak berilmu. Tipu daya setan lemah di hadapan orang yang berilmu. Muadz bin Jabal Radhiyallahu 'anhu mengatakana,"Ia (ilmu) adalah teman dalam keadaan bahagia dan kesusahan, serta senjata di hadapan musuh".[4]
Demikian beberapa langkah, agar kita mampu memupus putus asa. Kuatkan tekad, yaitu dengan selalu memiliki sifat optimis tak putus harapan, bercermin kepada orang-orang yang sukses melewati rintangan. Jauhkan hati dari sifat kerdil, karena ia hanya akan menambah kelemahan.
Maraji` :
- Kaifa Tuwajihu al Ya`sa fil Hayati al 'Amaliyyah wa al 'Ilmiyyah wa al 'Ibadiyyah wa ad Da'awiyyah, Abdul Karim ad Diwan, Darul Huda an Nabawi dan Daru al Fadhilah, Riyadh, Cet. II, Th. 1425.
- Asbabu Ziyadati al Iman wa Nuqshanihi, Prof. Dr. Abdur Razaq al Badr, Ghiras Kuwait, Cet. III, Th. 1424 H / 2003 M.
- Al Bahru ar Raiq fi az Zuhdi wa ar Raqaiq, karya Dr. Ahmad Farid, Darul Iman, Mesir, tanpa tahun.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun X/1427H/2006M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 08121533647, 08157579296]
_______
Footnote
[1]. Al Fawaid, 149.
[2]. HR al Bukhari (10/181) dan Muslim (2224).
[3]. Fathu al Bari (10/226).
[4]. Diriwayatkan Ibnu ‘Abdil Barr dalam al Jami’ (1/65).
sumber artikel http://almanhaj.or.id/content/3068/slash/0/bangkit-menuntaskan-putus-asa/
CONVERSATION
stop complaining
"setiap pasien pasti akan sembuh, setiap orang merantau pasti pulang"
Engkau yang mengirimkan fajar sesudah pekatnya malam. menjadikan pelangi setelah badai. Engkau pula yang mengantarkan siluet senja dipenghujung hari yang terik
maka sungguh tak ada satu nikmatpun yang mampu aku dustakan, lalu apakah ada yang lebih pantas kita lakukan selain bersyukur?
Alloh ampuni kami.. jadikan kami hama-hamba yang pandai bersyukur..
Engkau yang mengirimkan fajar sesudah pekatnya malam. menjadikan pelangi setelah badai. Engkau pula yang mengantarkan siluet senja dipenghujung hari yang terik
maka sungguh tak ada satu nikmatpun yang mampu aku dustakan, lalu apakah ada yang lebih pantas kita lakukan selain bersyukur?
Alloh ampuni kami.. jadikan kami hama-hamba yang pandai bersyukur..
CONVERSATION
ci[N]ta
tidak ada alasan untukku untuk berhenti memperjuangkannya.
CONVERSATION
cita-cita
beberapa waktu yang lalu saya sempet ditanya teman, Esti dulu waktu kecil kamu pengen jadi apa?
tiba-tiba ingat, dulu dari SMA saya selalu menuliskan presiden jadi cita-cita saya, ketika saya disuruh nulis biodata saya. tiba-tiba geli sendiri kalau ingat itu.
tapi semenjak saya kuliah saya mengganti cita-cita menjadi ibunya presiden, he he cuma buat bercandaan aja.
tapi saya sekarang bercita-cita jadi ibu yang keren buat anak-anak saya kelaaak..^^ semoga Alloh meridhoi..
liriklirik Mei fadlillah..:))
CONVERSATION
teruntuk saudariku
“siapapun yang
datang dihatiiku, tidak akan mengubah posisi siapapun yang sudah ada di hatiku
sebelumnya”
Kau tahu
saudariku, itu kata-kata kakakku ketika aku takut kehilangannya saat beliau
ingin menggenapkan separo diennya. Kau tahu saudariku itu kata-kata paling
menyentuhku saat itu. Ternyata aku tidak begitu tahu bahwa beliau sangat
menyayangiku jauh dari yang ku duga.
Menjadi anak
dengan dua kakak yang luar biasa itu membuatku bercita-cita ingin menjadi kakak
yang baik juga buat orang lain. namun jika kini, aku nyatanya tak mampu menjadi
seperti itu aku hanya mampu minta maaf, maafkan aku.
Bila tawaku justru
membuatmu menangis, bila ceriaku justru menyakitimu..
Sungguh tak ada
ingin aku menjauhimu, atau kamu harus menjauh dariku
Kumohon jangan
menjaga jarak denganku..
Kamu tetep jadi
adik terbaik buatku, saat diam-diam kau mendoakanku.. saat diam-diam kau sholat
hajat untuk hajatku.. saat kau bilang terimakasih telah jadi mbak yang baik
untukku. Saat kau menangis saat merasa kehilanganku. L
CONVERSATION
percakapan itu
"mbak, tak golekke jodo wae ya mbak.. pak guruku.. men mbak esti neng klaten terus ora bali-bali jakarta meneh" dela_kelas 3SD
tiba-tiba ingat kata ini, T.T cinta.. terimakasih..
tiba-tiba ingat kata ini, T.T cinta.. terimakasih..
CONVERSATION
STIS, terimakasih banyak
Dulu itu
sebenarnya saya pengen banget masuk STAN, ya saking kepinginnya saya nyampe
ikut bimbel di jogja dan berangkat tiap
pagi Klaten-Jogja yang jaraknya sangat jauh. Saya juga belajar buku latihan
soal dari 1 tahun sebelumnya, berulang-ulang kucoba lagi nyampe hafal kali jawabannya
karena saking seringnya mengulang. Entahlah, mungkin karena mas arif, kakak
saya lebih dulu sekolah disana dan saya melihat itu keren
karena masuk situ berarti mengalahkan puluhan ribu peserta lain dari seluruh Indonesia membuat saya begitu ingin masuk sana.
Saya nyoba ndaftar tahun pertama, karena memang bukan jodoh atau apa waktu itu
saya sangat grogi, soal-soal itu terasa sangat membingungkan saya, apalagi
bahasa inggris yang memang saya lemah dipelajaran ini, saya tidak lolos. Saya pun
mencoba lagi di tahun kedua, lagi-lagi saya gagal. Saya terpukul wktu itu. Sangat
terpukul, saya butuh waktu berhari-hari untuk bangkit bahkan saya gak kuat
melihat teman saya ketrima disana, astagfirullah.
“tak ada yang Alloh beri kecuali itu yang terbaik, Alloh tidak mengabulkan doa, kecuali diganti yang lebih baik. Alloh tidak mengambil sesuatu dari kita kecuali menggantinya dengan yang lebih baik”
Akhirnya
Alloh memilihkan STIS untukku.
Kuliah
di STIS itu, bagi saya adalah sebuah keberuntungan yang sangat besar. Tentu salah satunya karena kuliah disini
adalah kuliah gratis, dapat uang saku dan lulus pun nanti akan diangkat menjadi
PNS. Tapi bukan itu saja yang membuat saya merasa beruntung masuk sini. Awal-awal kuliah bahkan saya ingin mencoba
mendaftar lagi ke STAN, saking penasarannya sama kampus itu. Tapi akhirnya saya
mengurungkan niat. Sahabat-sahabat di STIS yang membuatku urung mendaftar. Ya mereka
begitu baik, akankah saya bertemu sahabat seperti mereka kalau saya pindah
STAN? Dan tentu saya akan kehilangan tiga tahun kuliah dan harus menjadi maba
ditiga tahun berturut-turut saya kira itu keputusan yang berat.
bagi
saya Masuk STIS itu artinya saya bertemu dengan orang-orang terbaik, saudara
saudara yang menyatu karena iman. Mereka mengenalkanku betapa indahnya islam
yang dulu aku gak begitu mengenalnya.
Subhanallah, Terimakasih kemudian Engkau pilihkan aku
STIS.. terimakasih Engkau jadikan STIS sebagai pesatren kehidupanku..
Disini
saya bertemu mereka, yang dengan kesederhanaannya mereka begitu menginspirasi.. iya dengan cintanya mereka mengenalkan ku betapa indahnya dien ini yang dulu terasa
sangat jauh dari kehidupanku. disini mereka mengajakku belajar, belajar banyak hal. Kini aku bersama mereka, melewati hari-hariku
dengan indah. Alloh langgengkan
persaudaraan kami, kuatkan ikatan kami, tingkatkan cinta diantara kami dan
berkahi persaudaraan kami. Iya, yang ku
tahu mereka yang begitu mencintaiku karenaMu yang tak pernah membiarkanku
tergelincir, mereka yang tak pernah bosan mengingatkanku jalan pulang. mereka yang merawatku kala sakit, menghibur saat berduka, dan ikut berbahagia
atas kebahagiaanku juga.
Mungkin karena
saya tak tau bagaimana menyampaikan rasa cintaku ke mereka, sungguh aku sangat
ingin mencintai mereka karenaMu.
Terimakasih
Alloh, Engkau menakdirkanku STIS menjadi salah satu episode hidupku yang indah.
Terimakasih Engkau telah mempertemukanku dengan mereka.. :’) semoga ini bisa menunjukkan betapa bahagianya aku mengenal mereka
terimakasih Alloh, Terimakasih STIS, sungguh skenarioMu begitu Indah^^
CONVERSATION
tentang hobi
Mencoba
kembali mimpi yang sempat terlupakan
Ya dulu,
dulu sekali aku suka banget dunia tulis menulis, nulis dibuku binder warna
warni tentang apa yang kurasa, ku alami, dan kupikirkan..
Entah
saya lupa semenjak kapan saya mulai bosan menulis.. aku suka kehabisan kata-kata
ketika mulai menekan tuts harum yang akhir-akhir ini menemaniku melewati
masa-masa penantian magang... hhe
Padahal saya sangat tahu, banyak sekali manfaat dari menulis, yang paling penting adalah
bahwa beban yang ada di pikiran kita akan sedikit tertumpahkan dalam tulisan
ini..
Tapi
sahabat, apa hanya aku yang merasa saat
aku malu ketika aku mulai menuliskan kata-kata tentang semangat, bahwa hidup di
jalani dengan penuh rasa syukur kemudian aku menghapusnya karena aku merasa tak
pantas menuliskan itu.. ya tentu kalian tahu betapa rapuhnya benteng ku tentang
ini.. nyatanya diri ini sering berlari menghampirimu untuk sekedar sharing tentang
apa yang kurasa..
Itu yang
membuatku mulai bosan menulis, aku takut,, aku sangat takut dibilang omdo atau nato
karena suka berkoar-koar sementara tak bisa mempraktekkan..
Tapi
sahabat bukankah menulis adalah pengingat kita saat lupa? Karena pada saat iman
dalam titik ekstrim bawah manusia sering lupa dengan apa yang mereka ucapkan
saat iman tengah meninggi tentang apa yang kita azzamkan pada saat itu?
Iya
sahabat tak ada yang salah dengan menulis, yang salah adalah ego diri untuk
merasa paling benar , paling sempurna, paling tahu tentang apapun hingga
seolah-olah tulisan pengingat seperti ini tak perlu lagi..
Dan
akhirnya kau tahu sahabat? Hanya tulisan tulisan penuh air mata, penuh
kekecewaan yan sanggup aku tulis, ya biar semuaa orang thu bahwa saat itu aku
sedih, bahwa saat itu aku orang yang paling menderita.. astaghfirullah.. :’(
Tapi semoga
suatu saat saya bisa menulis yang memberikan motivasi... seperti cita-cita masa
kecil saya juga.. karena menjadi motivator adalah cita-citaa yang kemudian
hilang lenyap bersama dompet saya. Ya saya pernah menuliskan “esti the next
trainer” didompet yang beberapa saat kemudian hilang.. ^^ *
CONVERSATION
puisi pesanan
Suatu
ketika aku melihat hujan turun rerintikan
Dalam
segumpal awan hitam menggantung di cakrawala
aku
bertanya, apakah ini tiba-tiba ada?
Kemudian
aku berfikir ulang, tentu ini semua ada yang mengendalikan
Di masa
yang lain aku melihat sang surya terbit
Dengan
sesungging senyum kehidupan
Mengganti
malam yang begitu gulita dengan siang ceria
Aku
kembali bertanya, apa ini tiba-tiba ada?
Kemudian
aku berfikir, mustahil jikalau ini tak ada yang mengatur
Kemudian
aku melihat ia tenggelam
Dalam
siluet jingga yang begitu mempesona
Aku
terkagumkagum, saat sang siang bersisian dengan malam
Ada
bintang memancar indah, menemani bulan yang tersenyum simpul
Aku
kembali bertanda, apakah ini tiba-tiba ada?
Lagi-lagi
aku berfikir ulang aneh jika mereka semua tak ada yang mencipta
Segala
puji bagi Alloh, atas nikmat akal yang tercurahkan
Kemudian
Dia Anugerahkan ilmu pengetahuan yang tak terkira besarnya
Akar
kami berfikir
Aku
berfikir, dan terus berfikir
Planet,
bintang, bumi, tanah laut, dan jagat raya ini
Adalah
samudera ilmu yang tak kan habis dipelajari
Semakin
kita pelajari, semakin tahu bahwa ada
Ada yang
lebih berkuasa dari semesta ini
Dan aku
tahu, ilmu ku atau ilmu manusia terjeniuspun
Hanya
bagaikan satu tetes air dibanding samudera ilmuMu
Ya Aku
percaya Engkaulah Sang Maha Besar
Tak ada
yang salah dari semua yang Engkau firmankan
CONVERSATION
^^
Wew, nampaknya kemarin saya salah nulis status dan coment distatus saya tersebut hingga akhirnya saya berkewajiban membuat sebuah note tentang apa yang diperbincangkan malam itu..
Ya untuk pertama kalinya seingat saya, saya balik jakarta sendirian dengan menggunakan kereta ekonomi, pernah beberapa kali balik jakarta sendiri, tapi pakai kereta bisnis.. hehe
Sempet agak takut sih, kemudian saya menenangkan diri, wkwk ya saya berfikir bahwa semua orang itu baik, dan Alloh pasti senantiasa menjaga kita,, yup doa aja, mudah2an orang sebangku baikbaik semua, karena sempat khawatir soalnya dapat bangkunya juga c, huhu *ah lupakan prolog ini, hehe
Samping saya bapak bapak seusia bpak saya mungkin _sebut aja bapak A_, dan alhamdulillah lagi ternyata bangku B kosong, jadi saya bisa agak leluasa duduk dan tidak berdempet2an seperti biasanya kereta ekonomi. Depan bapak A itu ada bapak muda dengan anak usia 9 bulan _tersirat dari certanya_,sebut saja bapak B , samping bapak B ada ibu-ibu yang anaknya sudah berkeluarga semua, kemudian samping ibu itu ada pemuda yang nampaknya belum menikah.
Yang saya suka dari naik kereta ekonomi adalah kebersamaan saat di kereta, ya kita bisa aja langsung ngobrol bak sahabat bertahun-tahun lamanya kalau kita naik kereta ekonomi, begitu akrab antar penumpang yang mungkin tidak saya temukan di kereta bisnis atau eksekutif..
saya juga tidak tahu bermula dari mana, tiba-tiba percakapan mereka adalah tentang rumah tangga, _mereka_ karena saya lebih memilih diam sambil senyum karena saya tak punya pengalaman dan cukup ilmu untuk menimpali percakapan mereka. Saya lebih memilih diam sambil mendengarkanyang mudah-mudahan berguna ketika kelak saya memutuskan untuk berumahtangga. *eaaamahasiswatingkat5modeon
Percakapan mulai seru ketika menceritakan mengapa mereka LDR, ya kedua bapak itu adalah LDR, istri dijawa suami di jakarta, sang bapak tua sudah sedkitar 25 tahun menjalani LDR, dan sang bapak muda 2 tahun. Setiap seminggu atau dua minggu sekali beliaubeliau ini mudik untuk menengok anak istri di rumah. Mereka kemudian menceritakan motivasi mengapa mereka pulkam sesering itu, dan memilih kereta ekonomi yang kalau kereta bisnis tentu akan menguras dompet. Sang bapak muda bilang kangen anak, ya beliau tidak mau melewatkan perkembangan anak yang sangat pesat untuk waktu2 itu, makanya beliau rajin pulang ke jawa. Bapak sepuh berbeda lagi, beliau pulang justru karena tuntutan dia harus pulang untuk memantau anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa. Satu statemen yang menarik adalah ketika beliau bilang “ kalau anak sudah gedhe itu selalu pikirannya uang, anak-anak sudah butuh banyak uang itu selalu mikir bagaimana uang yang ada cukup untuk kebutuhan mereka.”
Satu pelajaran yang saya ambil dari sini, ternyata tak mudah jadi seorang kepala rumah tangga. Bagaimana mereka bekerja membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jadi mungkin kelak kalau jadi *stri mungkin jangan terlalu menuntut ke suami.. *eaaa mulai berteori
Hal itu karena , bapak sepuh itu bilang, kadang istri gak percaya penghasilan suami Cuma segitu dan terus mengeluh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang kian besar semenjak anak-anaknya kuliah. Beliau juga curhat bagaimana beliau berusaha mendapatkan tambahan uang dan memutar otak bagaimana supaya bisa cukup untuk menghidupi keluarganya. Statementnya seperti ini : “ kamu belum merasakan bagaimana susahnya berumah tangga karena kamu masih memiliki anak yang kecil-kecil, tapi jika kelak anakmu sudah dewasa kamu akan mengerti bahwa istri yang ridho atas setiap hal yang kita peroleh adalah kunci shakinah yang sesungguhnya”. Makjleb.
Tapi saya jadi ingat tentang sebuah hadist Rosulullah mengenai penghuni neraka yang kebanyakan wanita
Asma' al-Anshariyah meriwayatkan, melalui anaknya Yazid, "Suatu ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam lewat di depan saya. Ketika itu saya tengah bersama dengan wanita-wanita tetanggaku. Lalu Nabi memberi salam kepada kami dan berkata, "Hindarilah mengingkari kebaikan-kebaikan orang-orang yang memberi." Saya adalah orang yang berani menanyakan masalah itu kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Saya pun bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksud dengan mengingkari orang-orang yang memberikan nikmat?" Beliau menjawab, "Boleh jadi salah seorang di antara kalian begitu lama mendapatkan jodoh, kemudian Allah memberikan rizki untuknya suami dan anak-anak. Setelah itu ia mulai marah-marah dan mengingkari kebaikan suaminya seraya berkata, 'Saya tidak pernah melihat sedikit pun suatu kebaikan darimu'." [HR. Ahmad (6/457), al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 148, at-Tirmidzi no. 2697 dan ia menghasankannya. Diriwayatkan juga oleh ath-Thabrani dalam al-Kabir (24/177), al-Humaidi dalam Musnad-nya (1/179). Syaikh al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 800] dan hadist yang sering kita dengar tentang penghuni neraka yang kebanyakan wanita itu adalah sebagai berikut :
Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka, seraya bersabda:
((...ورأيت النار فلم أر منظرا كاليوم قط ورأيت أكثر أهلها النساء قالوا: بم يا رسول الله ؟ قال بكفرهن قيل أيكفرن بالله ؟ قال: يكفرن العشير ويكفرن الإحسان لو أحسنت إلى إحداهن الدهر كله ثم رأت منك ما تكره قالت ما رأيت منك خيرا قط )) رواه البخاري.
“ … Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya :“Mengapa (demikian) wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab :“Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari, no. 1053, dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Naudzubillah mindzalik. Saya hanya diam sambil manggut-manggut tanda mengerti waktu itu. Sebagai orang awam tentang masalah ini, semoga ini bisa menjadi pelajaran buat kita kelak ketika memutuskan untuk berumah tangga. Semoga rumah tangga itu menjadi jalan menuju ke syurgaNya, bukan justru menjerumuskan kita kenerakaNya. T.T
Mari belajar, sebelum masa itu datang. Belajar banyak hal..
Semoga ini bisa menjadi pengingat kita saat kelak kita lupa.. aamiin ya Robbal’alamin
Sumber Hadist :
CONVERSATION
Ada kunci atas setiap hal
Pojok Hikmah: Allah Telah Menjadikan Kunci Bagi Segala Sesuatu
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata:
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala sesuatu kunci untuk membukanya, Allah menjadikan kunci pembuka shalat adalah bersuci sebagaiman sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Kunci shalat adalah bersuci’, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kunci pembuka haji adalah ihram, kunci kebajikan adalah kejujuran, kuncisurga adalah tauhid, kunci ilmu adalah bagusnya bertanya dan mendengarkan, kuncikemenangan adalah kesabaran, kunci ditambahnya nikmat adalah syukur, kuncikewalian adalah mahabbah dan dzikir, kunci keberuntungan adalah takwa, kunci taufikadalah harap dan cemas kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kunci dikabulkan adalah doa, kuncikeinginan terhadap akhirat adalah zuhud di dunia, kunci keimanan adalah tafakkur pada hal yang diperintahkan Allah, keselamatan bagi-Nya, serta keikhlasan terhadap-Nya di dalam kecintaan, kebencian, melakukan, dan meninggalkan, kunci hidupnya hatiadalah tadabbur al-Qur’an, beribadah di waktu sahur, dan meninggalkan dosa-dosa, kuncididapatkannya rahmat adalah ihsan di dalam peribadatan terhadap Khaliq dan berupaya memberi manfaat kepada para hamba-Nya, kunci rezeki adalah usaha bersama istighfar dan takwa, kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kuncipersiapan untuk akhirat adalah pendeknya angan-angan, kunci semua kebaikan adalah keinginan terhadap Allah dan kampung akhirat, kunci semua kejelekan adalah cinta dunia dan panjangnya angan-angan.
“Sesungguhnya Allah telah menjadikan bagi segala sesuatu kunci untuk membukanya, Allah menjadikan kunci pembuka shalat adalah bersuci sebagaiman sabda Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam ‘Kunci shalat adalah bersuci’, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan kunci pembuka haji adalah ihram, kunci kebajikan adalah kejujuran, kuncisurga adalah tauhid, kunci ilmu adalah bagusnya bertanya dan mendengarkan, kuncikemenangan adalah kesabaran, kunci ditambahnya nikmat adalah syukur, kuncikewalian adalah mahabbah dan dzikir, kunci keberuntungan adalah takwa, kunci taufikadalah harap dan cemas kepada Allah ‘Azza wa Jalla, kunci dikabulkan adalah doa, kuncikeinginan terhadap akhirat adalah zuhud di dunia, kunci keimanan adalah tafakkur pada hal yang diperintahkan Allah, keselamatan bagi-Nya, serta keikhlasan terhadap-Nya di dalam kecintaan, kebencian, melakukan, dan meninggalkan, kunci hidupnya hatiadalah tadabbur al-Qur’an, beribadah di waktu sahur, dan meninggalkan dosa-dosa, kuncididapatkannya rahmat adalah ihsan di dalam peribadatan terhadap Khaliq dan berupaya memberi manfaat kepada para hamba-Nya, kunci rezeki adalah usaha bersama istighfar dan takwa, kunci kemuliaan adalah ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya, kuncipersiapan untuk akhirat adalah pendeknya angan-angan, kunci semua kebaikan adalah keinginan terhadap Allah dan kampung akhirat, kunci semua kejelekan adalah cinta dunia dan panjangnya angan-angan.
“Ini adalah bab yang agung dari bab-bab ilmu yang paling bermanfaat, yaitu mengetahui pintu-pintu kebaikan dan kejelekan, tidaklah diberi taufik untuk mengetahuinya dan memperhatikannya kecuali seorang yang memiliki bagian dan taufik yang agung, karena sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan kunci bagi setiap kebaikan dan kejelekan, kunci dan pintu untuk masuk kepadanya sebagaimana Allah jadikan kesyirikan, kesombongan, berpaling dari apa yang disampaikan Allah kepada Rasul-Nya, dan lalai dari dzikir terhadap-Nya dan melaksanakan hak-Nya sebagai kunci ke neraka, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala jadikan khamr sebagai kunci segala dosa. Dia jadikan nyanyian sebagai kunci perzinaan, Dia jadikan melepaskan pandangan pada gamba-gambar sebagai kunci kegelisahan dan kegandrungan, Dia jadikan kemalasan dan kesantaian sebagai kunci kerugian dan luputnya segala sesuatu, Dia jadikan kemaksiatan-kemaksiatan sebagai kunci kekufuran, Dia jadikan dusta sebagai kuncikenifakan (kemunafikan -ed), Dia jadikan kekikiran dan ketamakan sebagai kuncikebakhilan, memutus silaturahim, serta mengambil harta dengan cara yang tidak halal dan Dia jadikan berpaling dari apa yang dibawa Rasul sebagai kunci segala kebid’ahan dan kesesatan.
“Perkara-perkara ini tidaklah membenarkannya kecuali setiap orang yang memiliki ilmu yang shahih dan akal yang bisa mengetahui dengannya apa yang ada dalam dirinya dan apa yang berwujud dari kebaikan dan kejelekan. Maka sepantasnya seorang hamba memperhatikan dengan sebaik-baiknya ilmu terhadap kunci-kunci ini dan kunci-kunci yang dijadikan untuknya.” (Hadil Arwah 1/48-49)
Dikutip dari artikel Kunci Kebaikan dan Kunci Kejelekan Majalah Al-Furqon No. 77 1429/2008 oleh Ummul Hasan
***
Artikel www.muslimah.or.id
CONVERSATION
Tanyakan Pada Hatimu
Tanyakan Pada Hatimu
Tanyakanlah pada hatimu, apakah yang kamu kerjakan termasuk bagian dari kebaikan ataukah bukan? Apakah dia termasuk bentuk ketaatan kepada AllahTa’ala dan RasulNya ataukah bukan? Atau justru perbuatan tersebut akan mendatangkan murka Allah Ta’ala dan RasulNya.
Maka tanyakanlah semua itu pada hatimu…
Kebaikan adalah apa saja yang dapat menenangkan hatimu dan menentramkan jiwamu, sedangkan keburukan adalah apa saja yang membuatkan hatimu ragu dan tidak tenang.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dari sahabat An-Nawwas bin Sam’anradhiyallahu ‘anhu ,
البر حسن الخلق , و الإثم ما حاك في نفسك و كرهت أن يطلع عليه الناس
“Kebaikan adalah akhlak yang baik, sedangkan dosa adalah apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka memperlihatkannya pada orang lain.” (HR. Muslim)
Dalam hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang lain,
عن وابصة بن معبد رضي الله عنه قال : أتيت رسول الله صلى الله عليه و سلم , فقال: جئت تسأل عن البر؟ قلت: نعم. قال: استفت قلبك. البر مااطمأن إليه النفس واطمأن إليه القلب. والإثم ماحاك في النفس و تردد في الصدر وإن أفتاك الناس وأفتوك.
Dari Wabishah bin ma’bad radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Aku datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian beliau berkata: “Kamu datang untuk bertanya tentang kebaikan?” Aku menjawab: benar. Kemudian beliau bersabda(artinya):“Mintalah fatwa kepada hatimu. Kebaikan adalah apa saja yang menenangkan hati dan jiwamu. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan.” (HR. Ahmad (4/227-228), Ath-Thabrani dalam Al-Kabir (22/147), dan Al Baihaqi dalam Dalaailun-nubuwwah (6/292))
Syaikh ‘Utsaimin menjelaskan makna hadits di atas bahwa yang dimaksud dengan al birruadalah kebaikan yang banyak. Sedangkan yang dimaksud dengan akhlak yang mulia adalah seseorang senang jiwanya, lapang dadanya, tentram hatinya, dan baik pergaulannya. Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya), “Sesungguhnya kebaikan adalah akhlak yang baik.” Maka jika seseorang mempunyai akhlak yang baik terhadap Allah dan hamba Allah maka ia akan memperoleh kebaikan yang banyak, dadanya lapang terhadap Islam, hatinya menjadi tenang dengan iman, dan bergaul dengan manusia dengan akhlak yang baik. (Syarhul Arba’in An Nawawiyyah)
Adapun dosa, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa ia adalah, “Apa saja yang meragukan dalam hatimu.” Ketika itu beliau berbicara kepada An-Nawwas bin Sam’an, salah seorang sahabat yang mulia. Tidak ada sesuatu yang meragukan dan tidak menenangkan jiwanya kecuali perbuatan dosa. Oleh karena itulah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (artinya), “Apa saja yang meragukan jiwamu dan kamu tidak suka untuk memperlihatkannya kepada orang lain.”
Sementara orang-orang fasik dan durhaka, maka perbuatan dosa tidaklah membuat keraguan dalam jiwa mereka, dan mereka juga tidak membenci untuk memperlihatkan perbuatan dosanya kepada orang lain. Bahkan sebagian mereka merasa bangga dengan perbuatan dosa yang mereka lakukan. Akan tetapi, sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di sini berbicara tentang seseorang yang lurus hatinya. Sesungguhnya orang yang lurus hatinya, jika dia ingin melakukan keburukan maka jiwanya akan ragu dan dia benci perbuatannya diketahui orang lain. Oleh karena itu maka tolak ukur yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berlaku untuk orang-orang yang baik dan lurus hatinya. (Syarhul Arba’in An Nawawiyyah)
Imam An Nawawi mengatakan dalam menjelaskan makna hadits ini bahwa hadits ini merupakan dalil bahwa setiap orang hendaknya melihat kembali hatinya ketika dia akan melakukan suatu pekerjaan. Jika jiwanya menjadi tentram ia akan melakukannya, dan jika jiwanya menjadi tidak tentram maka ia tinggalkan perbuatan tersebut. (Syarhul Arba’in An Nawawiyyah)
Di antara pelajaran penting yang terkandung dalam hadits di atas sebagaimana telah disebutkan oleh syaikh Utsaimin rahimahullah adalah:
- Keutamaan akhlak mulia, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan akhlak yang mulia sebagai sebuah kebaikan.
- Timbangan perbuatan dosa adalah ketika jiwa merasa ragu dan hati menjadi tidak tenang.
- Seorang mukmin tidak suka aib-aibnya diketahui orang lain. Hal ini bertolak belakang dengan orang yang tidak punya malu, ia tidak peduli jika aib-aibnya diketahui oleh orang lain.
- Seseorang hendaknya melihat kepada hatinya, bukan apa yang difatwakan oleh orang lain. Karena terkadang orang-orang yang tidak berilmu berfatwa kepadanya, akan tetapi hatinya masih ragu dan tidak menyukainya. Jika demikian maka hendaknya dia tidak mengembalikan perkaranya terhadap fatwa orang yang tidak berilmu, akan tetapi hendaknya ia kembalikan kepada apa yang ada pada dirinya.
- Selagi seseorang mampu untuk melakukan ijtihad maka ia tidak boleh melakukan taklid. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (artinya): “Meskipun orang-orang memberi fatwa kepadamu dan mendukungmu.”
Wallahu Ta’ala A’lamu bish showwab
Referensi:
Syarh Al Arba’in An Nawawiyyah, Majmu’ Ulama, cetakan pertama tahun 2005, Darul Mustaqbal, Mesir.
Syarh Al Arba’in An Nawawiyyah, Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin, Daarul ‘Aqidah, Mesir.
sumber : http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/tanyakan-pada-hatimu.html
sumber : http://muslimah.or.id/akhlak-dan-nasehat/tanyakan-pada-hatimu.html
CONVERSATION
Subscribe to:
Comments
(
Atom
)
About me
Featured Post
Indahkah nikah dengan Ta'aruf?
Akhir-akhir ini saya sering mengikuti IG storynya Mbak Indadar*, yang nampaknya beliau telah menemukan tambatan hati semenjak memtuskan...
Total Pageviews
Popular Posts
-
Multiple Classification Analysis (MCA) atau analisis klasifikasi berganda adalah salah satu metode analisis inferensia yang menggunakan u...
-
Diluar sedang hujan deras, sudah jam pulang kantor.. tapi saya masih urung pulang.. Sudah tiga hari ini saya flu dan pusing.. seperti oran...
-
Sebelumnya, saya sempat ngepos cerita mengenai pengalaman saya saat berjerawat.. bisa dibaca di sini , seandainya saya diperbolehkan upload...
-
huuummmm... saya ga tau apa lagi2 sikap sensitive saya kumat.. T.T ah ga jadi dink... mulutmu hariaumu, perkataanmu yang akan menunjukan kep...
-
Bi kamu sedih ya? Keliatannya? Bi kamu sedih ya? Enggak Bi kamu sedih ya? Hehehe Bi kamu sedih ya? ...... Terima kasih telah tidak ...
-
hem. .dtengah2 perjalanan menuju jakarta. .dkali kedua merasakan kereta eksekutive, . Namun tetap merasa kedinginan. . :) Mau sedikit cerita...
-
Tadi pagi saya dan suami mengunjungi tempat pelelangan ikan. Saya takjub dengan harga harga ikan disana.. bayangkan ikan layang yang dijual ...
-
Menceritakan ini artinya membuka duka lama dalam hati saya. Duka keluarga terlebih duka dari seorang ibu. Saya baru tahu bagaimana ra...
-
Akhir-akhir ini saya mulai malas Masak... Capek dengan rutinitas.. buat tombo kangen posting ulang masakan lama aja, hehe Saya gak bisa ma...
-
Tulisan ini adalah pengingat buat saya, ternyata saya ternyata punya bapak dan ibu mertua yang sangat baik.. Alhamdulillah.. Meskipun ...
link favorit
Labels
Sponsor
About Me
- Estiana Rusmawati
- Seorang Ibu yang mencoba mengiventaris pengalaman hidup... Ummu Amira, Danar's wife... I do Love Both of you..
.jpg)

.jpg)



0 comments:
Post a Comment