Wew, nampaknya kemarin saya salah nulis status dan coment distatus saya tersebut hingga akhirnya saya berkewajiban membuat sebuah note tentang apa yang diperbincangkan malam itu..
Ya untuk pertama kalinya seingat saya, saya balik jakarta sendirian dengan menggunakan kereta ekonomi, pernah beberapa kali balik jakarta sendiri, tapi pakai kereta bisnis.. hehe
Sempet agak takut sih, kemudian saya menenangkan diri, wkwk ya saya berfikir bahwa semua orang itu baik, dan Alloh pasti senantiasa menjaga kita,, yup doa aja, mudah2an orang sebangku baikbaik semua, karena sempat khawatir soalnya dapat bangkunya juga c, huhu *ah lupakan prolog ini, hehe
Samping saya bapak bapak seusia bpak saya mungkin _sebut aja bapak A_, dan alhamdulillah lagi ternyata bangku B kosong, jadi saya bisa agak leluasa duduk dan tidak berdempet2an seperti biasanya kereta ekonomi. Depan bapak A itu ada bapak muda dengan anak usia 9 bulan _tersirat dari certanya_,sebut saja bapak B , samping bapak B ada ibu-ibu yang anaknya sudah berkeluarga semua, kemudian samping ibu itu ada pemuda yang nampaknya belum menikah.
Yang saya suka dari naik kereta ekonomi adalah kebersamaan saat di kereta, ya kita bisa aja langsung ngobrol bak sahabat bertahun-tahun lamanya kalau kita naik kereta ekonomi, begitu akrab antar penumpang yang mungkin tidak saya temukan di kereta bisnis atau eksekutif..
saya juga tidak tahu bermula dari mana, tiba-tiba percakapan mereka adalah tentang rumah tangga, _mereka_ karena saya lebih memilih diam sambil senyum karena saya tak punya pengalaman dan cukup ilmu untuk menimpali percakapan mereka. Saya lebih memilih diam sambil mendengarkanyang mudah-mudahan berguna ketika kelak saya memutuskan untuk berumahtangga. *eaaamahasiswatingkat5modeon
Percakapan mulai seru ketika menceritakan mengapa mereka LDR, ya kedua bapak itu adalah LDR, istri dijawa suami di jakarta, sang bapak tua sudah sedkitar 25 tahun menjalani LDR, dan sang bapak muda 2 tahun. Setiap seminggu atau dua minggu sekali beliaubeliau ini mudik untuk menengok anak istri di rumah. Mereka kemudian menceritakan motivasi mengapa mereka pulkam sesering itu, dan memilih kereta ekonomi yang kalau kereta bisnis tentu akan menguras dompet. Sang bapak muda bilang kangen anak, ya beliau tidak mau melewatkan perkembangan anak yang sangat pesat untuk waktu2 itu, makanya beliau rajin pulang ke jawa. Bapak sepuh berbeda lagi, beliau pulang justru karena tuntutan dia harus pulang untuk memantau anak-anaknya yang sudah beranjak dewasa. Satu statemen yang menarik adalah ketika beliau bilang “ kalau anak sudah gedhe itu selalu pikirannya uang, anak-anak sudah butuh banyak uang itu selalu mikir bagaimana uang yang ada cukup untuk kebutuhan mereka.”
Satu pelajaran yang saya ambil dari sini, ternyata tak mudah jadi seorang kepala rumah tangga. Bagaimana mereka bekerja membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Jadi mungkin kelak kalau jadi *stri mungkin jangan terlalu menuntut ke suami.. *eaaa mulai berteori
Hal itu karena , bapak sepuh itu bilang, kadang istri gak percaya penghasilan suami Cuma segitu dan terus mengeluh tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang kian besar semenjak anak-anaknya kuliah. Beliau juga curhat bagaimana beliau berusaha mendapatkan tambahan uang dan memutar otak bagaimana supaya bisa cukup untuk menghidupi keluarganya. Statementnya seperti ini : “ kamu belum merasakan bagaimana susahnya berumah tangga karena kamu masih memiliki anak yang kecil-kecil, tapi jika kelak anakmu sudah dewasa kamu akan mengerti bahwa istri yang ridho atas setiap hal yang kita peroleh adalah kunci shakinah yang sesungguhnya”. Makjleb.
Tapi saya jadi ingat tentang sebuah hadist Rosulullah mengenai penghuni neraka yang kebanyakan wanita
Asma' al-Anshariyah meriwayatkan, melalui anaknya Yazid, "Suatu ketika Nabi shallallahu alaihi wasallam lewat di depan saya. Ketika itu saya tengah bersama dengan wanita-wanita tetanggaku. Lalu Nabi memberi salam kepada kami dan berkata, "Hindarilah mengingkari kebaikan-kebaikan orang-orang yang memberi." Saya adalah orang yang berani menanyakan masalah itu kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam. Saya pun bertanya, "Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksud dengan mengingkari orang-orang yang memberikan nikmat?" Beliau menjawab, "Boleh jadi salah seorang di antara kalian begitu lama mendapatkan jodoh, kemudian Allah memberikan rizki untuknya suami dan anak-anak. Setelah itu ia mulai marah-marah dan mengingkari kebaikan suaminya seraya berkata, 'Saya tidak pernah melihat sedikit pun suatu kebaikan darimu'." [HR. Ahmad (6/457), al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad no. 148, at-Tirmidzi no. 2697 dan ia menghasankannya. Diriwayatkan juga oleh ath-Thabrani dalam al-Kabir (24/177), al-Humaidi dalam Musnad-nya (1/179). Syaikh al-Albani menshahihkan hadits ini dalam Shahih al-Adab al-Mufrad no. 800] dan hadist yang sering kita dengar tentang penghuni neraka yang kebanyakan wanita itu adalah sebagai berikut :
Di dalam kisah gerhana matahari yang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam dan para shahabatnya melakukan shalat gerhana padanya dengan shalat yang panjang, beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam melihat Surga dan neraka, seraya bersabda:
((...ورأيت النار فلم أر منظرا كاليوم قط ورأيت أكثر أهلها النساء قالوا: بم يا رسول الله ؟ قال بكفرهن قيل أيكفرن بالله ؟ قال: يكفرن العشير ويكفرن الإحسان لو أحسنت إلى إحداهن الدهر كله ثم رأت منك ما تكره قالت ما رأيت منك خيرا قط )) رواه البخاري.
“ … Dan aku melihat neraka maka tidak pernah aku melihat pemandangan seperti ini sama sekali, aku melihat kebanyakan penduduknya adalah kaum wanita. Shahabat pun bertanya :“Mengapa (demikian) wahai Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam?” Beliau Shalallahu ‘alaihi wassalam menjawab : “Karena kekufuran mereka.” Kemudian ditanya lagi : “Apakah mereka kufur kepada Allah?” Beliau menjawab :“Mereka kufur terhadap suami-suami mereka, kufur terhadap kebaikan-kebaikannya. Kalaulah engkau berbuat baik kepada salah seorang di antara mereka selama waktu yang panjang kemudian dia melihat sesuatu pada dirimu (yang tidak dia sukai) niscaya dia akan berkata : ‘Aku tidak pernah melihat sedikitpun kebaikan pada dirimu.’ ” (HR. Bukhari, no. 1053, dari Ibnu Abbas radliyallahu ‘anhuma)
Naudzubillah mindzalik. Saya hanya diam sambil manggut-manggut tanda mengerti waktu itu. Sebagai orang awam tentang masalah ini, semoga ini bisa menjadi pelajaran buat kita kelak ketika memutuskan untuk berumah tangga. Semoga rumah tangga itu menjadi jalan menuju ke syurgaNya, bukan justru menjerumuskan kita kenerakaNya. T.T
Mari belajar, sebelum masa itu datang. Belajar banyak hal..
Semoga ini bisa menjadi pengingat kita saat kelak kita lupa.. aamiin ya Robbal’alamin
Sumber Hadist :


0 comments:
Post a Comment