Belajar dari Asisten Rumah Tangga

Sebagian besar wanita bekerja, biasanya memiliki asisten rumah tangga at least pengasuh anak (terutama bagi yang anaknya masih bayi). Para Asisten yang mereka miliki ini beraneka ragam karakteristiknya, dari usia, pendidikan, asal daerah maupun status perkawinan. Ibarat dalam ilmu ekonomi permintaan Asisten rumah tangga ini jauh lebih besar dari suplaynya.. makanya mencari ART itu susaah banget, kayak mencari harta karun.

Makanya kemarin pas ibu saya pulang, dan saya harus mencari asisten rumah tangga saya merasa sangat kesusahan.. minta tolong sana sini, cari info dimana-mana agar mendapatkan asisten rumah tangga idaman. Terus saya tertawa kala banyak orang nasehatin "harus pilih-pilih lho nyari pengasuh itu, harus yang ini yang itu yang begini yang begitu". Bagaimana saya tidak merasa lucu, lha wong saya minta yang sedapatnya aja gak dapat.. hahaa
Akhirnya sekarang dapat yang sesuai kriteria, meskipun nyari yang sempurna itu tidak akan pernah ada, minimal sebagian besar kriteria terpenuhi.

Berbicara mengenai asisten rumah tangga, selama saya mempunyai anak saya baru pernah berganti tiga kali asisten. Tiap estafet pergantiannya benar-benar menguras emosi (hehee) lebai ya !
Saya ingin menuliskan pengalaman dan sudut pandang kehidupan mereka saat ini. Ya, saat ini saya lagi lemah.. butuh pengingat dan reminder agar senantiasa dimampukan menjadi pribadi yang bersyukur.

Ide menulis ini dimulai kala suatu siang suami saya bertanya, "Mi, menurut BPS definisi orang miskin itu kalau penghasilan perkapitanya berapa sih?"
saya jawab, "kalau gak salah 11 ribu sehari per orang..." (eh barusan saya googling, hehe ternyata di bulan september 2017 garis kemiskinan Indonesia berada di nilai 370 910 rupiah perkapita selama sebulan) Konsep mengenai GKM dapat dibaca disini.

Terus saya tanya "Kenapa emangnya?"
"Wah kalau pengasuhnya Amira kita gaji segini, dan dia sebagai tulang punggung keluarga sementara ARTnya ada sekian orang, dia termasuk penduduk miskin ya?" Jawabnya
iyaaa... hiks kasian yah
Berarti kalau kita naikin sekian, kita udah mengentaskan sekian orang miskin ya... sambil ketawa sumringah
iyaa bi... cepet naikin aja.. hheee

Percakapan diatas berakhir sampai situ, wkwkwk karena memang kita membayar diatas harga pasaran, tp nyatanya itu belum mampu mengentaskan keluarga beliau dari jurang kemiskinan.
Saya lalu menerawang, kira-kira dengan gaji segitu bagaimana dia mengatur kebutuhan rumah tangganya, anaknya masih pada sekolah, kebutuhan sangat banyak dengan uang segitu bagaimana mereka menjalani hidup?
Beras mahal, sayur, lauk, dll.. Ya Alloh.. semoga Alloh mudahkan beliau...

Benar kata suri tauladan kita, tatkala kita merasa tidak bersyukur dan hidup kita , maka lihatlah orang yang jauh lebih nestapa dibandingkan kita.. maka sungguh kamu akan bersyukur dengan kondisi kita..

Kehidupan dan ujian akan ada silih berganti dalam hidup ini, seperti yang tertulis dalam kitab suci kita, bagaimana kita dianggap beriman kalau kita tidak pernah di uji. Ujian pun sesuai dengan kekuatan masing-masing, jadi jangan risau es...
suatu saat kita akan sadar, bahwa pada akhirnya orang yang pandai bersyukur, banyak bersabar merekalah orang yang selamat.
belajarlah dari mereka yang pandai bersyukur dengan rizki yang sedikit, yang bersabar kala ujiannya banyak, belajarlah dari mereka yang selalu percaya pada Rabbnya, sang Maha Pemberi Rizki,, 


Esti, Karena menulis adalah pengingat diri.





CONVERSATION

0 comments:

Back
to top